Thursday, December 4, 2014

Disini Semua Berawal

Rabu, 19 November 2014

Sudah cukup lama aku berada ditempat ini, mencoba berbaur dengan suasana kota Semarang yang tak menentu. Sudah cukup lama pula aku mengenyam bangku perkuliahan di Universitas tempatku belajar sekarang, untungnya aku masuk di universitas yang cukup ramah lingkungan, memiliki pola dasar warna hijau, kalau kata orang-orang warna hijau itu warna surga, menyejukkan mata. aku mulai aktif melakukan kegiatan kampus dan asrama, yahh.. untuk tahun pertama aku dan keluargaku lebih memilih untuk tinggal selama satu tahun di asrama, paling tidak selama setahun sedikit banyak aku mampu berlatih bahasa guna bekal menghadapi hari esok. Kadang aku merasa tertekan, suntuk dan jenuh dengan pola kegiatan asrama yang mengikat dan membatasi gerak gerikku disini. Melihat latar belakangku yang suka berorganisasi menjadi mahasiswa monoton yang hanya mampu menghabiskan waktunya di kampus dan asrama saja. ohh, sungguh ini sangat membunuhku, aku sama sekali tidak bisa mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa manapun, karena asrama sangat berorientasi kepada bahasa dengan sistemnya yang sangat ketat.

Tidak sampai disitu, aku masih ingat jelas, malam itu ukhti isma dengan wajah datarnya berkata bahwa akan diadakan MAPABA ke 2 untuk para mahasiswa yang mau mengikuti kegiatan PMII, betapa bahagianya hatiku :D pasalnya, sejak pertama kali kuliah disini aku sangat ingin mengikuti ekstra PMII, entah apa yang mendorongku untuk ikut terjun kedalam dunia ke PMIIan. dengan tekad bulat aku putuskan untuk mengikuti ekstra PMII bersama teman asramaku Diyah, kami tak peduli bagaimana kedepannya nanti, mungkin akan banyak takjiran hukuman-hukuman yang menanti kami. hohoho...

Memang tidak semua agenda mampu aku dan Diyah lewati karena kami tetap saja harus sampai di asrama pukul setengah enam, kakak-kakak PMII pun mengijinkan bahkan mereka berbaik hati mengantarkan kami pulang keasrama. Dua hari mengikuti MAPABA 2 dengan waktu yang relatif singkat tapi penuh makna dan kenangan, aku dapat mendapatkan teman-teman baru, kakak-kakak baru, pengalaman baru, dan ahhh... banyak sekali, sampai aku tak mampu menyebutkannya dalam kata, disana juga aku pertama kali bertemu dengan dia. :)







Rencana Allah Tetap yang Terbaik

Rencana Allah tetap yang terbaik!!!
Ketika kita menginginkan sesuatu yang tak kunjung kita dapatkan maka Allah meminta kita untuk sabar menunggu.
Ketika kesedihan menjatuhkan air mata maka Allah meminta kita untuk berusaha tersenyum.
Ketika perjalanan hidup terasa membosankan maka Allah menyuruh kita untuk banyak bersyukur.

Kita punya rencana,
Allah juga punya rencana. :)
Akan tetapi, sehebat apapun kita merencanakan sesuatu tetap rencana Allah adalah sebaik-baik rancangan!!!
Ingatlah, Allah selalu memberikan kelebihan dibalik kekurangan.
Allah selalu memberikan kekuatan dibalik kelemahan.
Allah selalu memberikan senyum dibalik kesedihan.
Allah selalu memberi harapan dibalik keputusasaan.
Yakinlah, kebahagiaan itu akan hadir juga pada waktunya.
Sesuai rencana-Nya,
Sesuai rancangan-Nya,
dan tak ada alasan bagi kita untuk meragukan-Nya!!!

Wednesday, September 24, 2014

Teruntuk Ibundaku

Ibu tidak pernah menangis didepan kami, kalupun ingin menangis ibu hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang selalu dikuatkannya dengan kata-kata.

''Jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, HADAPI!!!''

Ibu adalah tuhan kecil dengan ketulusan cintanya, dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari anak-anaknya. Baginya anak adalah laskar rahim yang harud dijaganya.

*Kirana Kejora






Tuesday, September 23, 2014

Awal dari Segalanya

Disini semua berawal,

Aku tak pernah berfikir warna  warni kehidupanku akan berujung seperti ini, aku hanyalah seorang gadis kecil yang hidup di desa terpencil, dari keluarga yang bisa dibilang aspek ekonominya sangat miris, tapi Allah maha adil dan bijaksana, Allah menjawab semua do’aku, padahal aku tau dosa yang telah ku torehkan begitu besar, tapi Allah selalu mengabulkan rangkaian do’aku. Do’a yang ku ukir setiap hari, setiap menit, bahkan setiap detik, do’a yang selalu aku goreskan di atas awan.

Aku adalah seorang gadis remaja yang tumbuh dan besar dengan mandiri, aku terlalu terbiasa melakukan apapun sendiri, kebanyakan teman-temanku selalu berkata bahwa hidupku nyaman, tak pernah ada masalah, wajahku selalu memasang senyum, bahkan aku tak pernah menangis di hadapan mereka, tak pernah dan menurutku itu tak akan pernah.

Tapi apa mereka tidak berfikir bahwa yang namanya manusia, hamba Allah yang hidup fana di dunia ini, yang mudah terlena, yang sering lalai ini memiliki beban mental yang teramat dalam, dia menyimpannya sendiri, dalam hati. Tanpa seorangpun yang tau.

Bagiku, untuk apa kita bercerita tentang hal yang membuat kita sedih, apalagi memasang wajah murung tanpa senyum sumringah, itu akan membuat diri kita tersiksa sendiri. Bukankah lebih baik jika aku tersenyum dan membiarkan semua masalah terbawa air, terbawa masa, dan terkikis oleh zaman.

Mamah..
            Begitulah aku memanggil wanita yang begitu berarti bagiku, bukan hanya aku, tapi seluruh anak yang ada di dunia. Beliau adalah tuhan kecil ku didunia ini, bagiku membahagiakannya adalah salah satu alas an bagaimana aku bias bertahan hidup dengau semua kisah kehidupan pahitku. seorang yang mau mempertaruhkan nyawanya untukku, tanpa imbalan pamrih, bahkan rela mengorbankan harga dirinya demi anak-anak tercinta. Ia tak pernah malu bekerja, tak pernah malu memperjuangkan pendidikan buah hatinya, laskar rahim yang harus dijaganya, malaikat kecil yang membuat hidupnya bahagia.