Wednesday, September 24, 2014

Teruntuk Ibundaku

Ibu tidak pernah menangis didepan kami, kalupun ingin menangis ibu hanya menggigit bibirnya kuat-kuat hingga berdarah, agar tangisnya tak terdengar oleh kami, anak-anak yang selalu dikuatkannya dengan kata-kata.

''Jangan pernah menjual kesedihan dan tangismu hanya untuk masa depan, karena masa depan adalah rancangan, kehidupan adalah sekarang, HADAPI!!!''

Ibu adalah tuhan kecil dengan ketulusan cintanya, dia tak pernah mengharapkan balasan apa-apa dari anak-anaknya. Baginya anak adalah laskar rahim yang harud dijaganya.

*Kirana Kejora






Tuesday, September 23, 2014

Awal dari Segalanya

Disini semua berawal,

Aku tak pernah berfikir warna  warni kehidupanku akan berujung seperti ini, aku hanyalah seorang gadis kecil yang hidup di desa terpencil, dari keluarga yang bisa dibilang aspek ekonominya sangat miris, tapi Allah maha adil dan bijaksana, Allah menjawab semua do’aku, padahal aku tau dosa yang telah ku torehkan begitu besar, tapi Allah selalu mengabulkan rangkaian do’aku. Do’a yang ku ukir setiap hari, setiap menit, bahkan setiap detik, do’a yang selalu aku goreskan di atas awan.

Aku adalah seorang gadis remaja yang tumbuh dan besar dengan mandiri, aku terlalu terbiasa melakukan apapun sendiri, kebanyakan teman-temanku selalu berkata bahwa hidupku nyaman, tak pernah ada masalah, wajahku selalu memasang senyum, bahkan aku tak pernah menangis di hadapan mereka, tak pernah dan menurutku itu tak akan pernah.

Tapi apa mereka tidak berfikir bahwa yang namanya manusia, hamba Allah yang hidup fana di dunia ini, yang mudah terlena, yang sering lalai ini memiliki beban mental yang teramat dalam, dia menyimpannya sendiri, dalam hati. Tanpa seorangpun yang tau.

Bagiku, untuk apa kita bercerita tentang hal yang membuat kita sedih, apalagi memasang wajah murung tanpa senyum sumringah, itu akan membuat diri kita tersiksa sendiri. Bukankah lebih baik jika aku tersenyum dan membiarkan semua masalah terbawa air, terbawa masa, dan terkikis oleh zaman.

Mamah..
            Begitulah aku memanggil wanita yang begitu berarti bagiku, bukan hanya aku, tapi seluruh anak yang ada di dunia. Beliau adalah tuhan kecil ku didunia ini, bagiku membahagiakannya adalah salah satu alas an bagaimana aku bias bertahan hidup dengau semua kisah kehidupan pahitku. seorang yang mau mempertaruhkan nyawanya untukku, tanpa imbalan pamrih, bahkan rela mengorbankan harga dirinya demi anak-anak tercinta. Ia tak pernah malu bekerja, tak pernah malu memperjuangkan pendidikan buah hatinya, laskar rahim yang harus dijaganya, malaikat kecil yang membuat hidupnya bahagia.