Thursday, April 23, 2015

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang Krisis Budaya Diskusi

Semarang, LPM Edukasi – Sejatinya diskusi itu dapat menambahkan khazanah intelektual, namun sangat di sayangkan, budaya ini mulai di tinggalkan oleh mahasiswa. Untuk itu, perlu adanya agen yang mendorong minat mahasiswa dalam berdiskusi.

Minggu, (22/3) Lembaga-lembaga di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang, kerap mengadakan kegiatan diskusi yang bertujuan menambah wawasan intelektual mahasiswa FITK. Namun sekarang ini mahasiswa cenderung apatis, sehingga terjadi kemerosotan minat mahasiswa dalam mengikuti diskusi. Begitulah keluhan yang di sampaikan oleh Sajidin salah satu koordinator diskusi.

Menurutnya, kemerosotan diskusi di FITK disebabkan oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu tugas kuliah yang menumpuk, sehingga diskusi di anggap mengganggu  jadwal kuliah dan nantinya dapat berdampak pada nilai kuliah. Selain itu, ketidak aktifan mereka dalam berorganisasi juga mempengaruhi minat diskusi, karena sedikitnya informasi yang mereka dapatkan tentang jadwal diskusi. “Saya kira kemerosotan minat diskusi di kalangan mahasiswa disebabkan karena kesibukan mereka dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah, mereka lebih mementingkan nilai Indeks Prestasi (IP) dari pada mencari wawasan lebih melalui diskusi,” ujar mahasiswa semester dua.

Lain halnya dengan pendapat Erra Lutfia, ia menuturkan bahwa lunturnya budaya diskusi disebabkan karena tidak ada teman dan fasilitas pribadi, seperti tidak adanya kendaraan, sehingga tidak dapat menghadiri kegiatan diskusi. Ia juga menyatakan bahwa kadang terbersit rasa malas dan minder terhadap seniornya ketika mengikuti diskusi. “Kita harus merangkul mereka dalam sebuah organisasi, karena di dalam organisasi mereka merupakan satu keluarga yang harmonis. Jadi, kita harus menjaga keharmonisan tersebut, menumbuhkan semangat baru. Dalam diskusi kita harus menjaga silaturrahmi dengan baik, mengajak mengobrol-ngobrol dan mengajak maen agar semakin akrab antara satu dengan yang lain,” imbuh mahasiswa jurursan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI).

Melihat keadaan yang demikian, Sajidin memberikan solusi supaya diskusi dilakukan antara jam-jam kuliah yang kosong, maka mahasiswa yang mempunyai waktu luang dapat mengikuti diskusi. Selain itu, dia menambahkan agar setelah selesai melakukan diskusi mahasiswa meriview dan mengaplikasikannya didalam perkuliahan. Sehingga ilmu yang di dapat dalam diskusi bermanfaat dan membawa dampak positif bagi para aktifis diskusi.

No comments:

Post a Comment