Semarang, LPM Edukasi – Sejatinya diskusi itu dapat menambahkan
khazanah intelektual, namun sangat di sayangkan, budaya ini mulai di tinggalkan
oleh mahasiswa. Untuk itu, perlu adanya agen yang mendorong minat mahasiswa
dalam berdiskusi.
Minggu, (22/3) Lembaga-lembaga di Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang, kerap mengadakan kegiatan
diskusi yang bertujuan menambah wawasan intelektual mahasiswa FITK. Namun
sekarang ini mahasiswa cenderung apatis, sehingga terjadi kemerosotan minat
mahasiswa dalam mengikuti diskusi. Begitulah keluhan yang di sampaikan oleh Sajidin
salah satu koordinator diskusi.
Menurutnya, kemerosotan diskusi di FITK disebabkan
oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu tugas kuliah yang menumpuk, sehingga
diskusi di anggap mengganggu jadwal
kuliah dan nantinya dapat berdampak pada nilai kuliah. Selain itu, ketidak
aktifan mereka dalam berorganisasi juga mempengaruhi minat diskusi, karena
sedikitnya informasi yang mereka dapatkan tentang jadwal diskusi. “Saya kira
kemerosotan minat diskusi di kalangan mahasiswa disebabkan karena kesibukan
mereka dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah, mereka lebih mementingkan nilai
Indeks Prestasi (IP) dari pada mencari wawasan lebih melalui diskusi,” ujar
mahasiswa semester dua.
Lain halnya dengan pendapat Erra Lutfia, ia
menuturkan bahwa lunturnya budaya diskusi disebabkan karena tidak ada teman dan
fasilitas pribadi, seperti tidak adanya kendaraan, sehingga tidak dapat menghadiri
kegiatan diskusi. Ia juga menyatakan bahwa kadang terbersit rasa malas dan
minder terhadap seniornya ketika mengikuti diskusi. “Kita harus merangkul
mereka dalam sebuah organisasi, karena di dalam organisasi mereka merupakan
satu keluarga yang harmonis. Jadi, kita harus menjaga keharmonisan tersebut,
menumbuhkan semangat baru. Dalam diskusi kita harus menjaga silaturrahmi dengan
baik, mengajak mengobrol-ngobrol dan mengajak maen agar semakin akrab antara satu dengan yang lain,” imbuh
mahasiswa jurursan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI).
Melihat keadaan yang demikian, Sajidin
memberikan solusi supaya diskusi dilakukan antara jam-jam kuliah yang kosong,
maka mahasiswa yang mempunyai waktu luang dapat mengikuti diskusi. Selain itu,
dia menambahkan agar setelah selesai melakukan diskusi mahasiswa meriview dan
mengaplikasikannya didalam perkuliahan. Sehingga ilmu yang di dapat dalam diskusi
bermanfaat dan membawa dampak positif bagi para aktifis diskusi.
No comments:
Post a Comment